Kini, semakin jelas bahwa media sosial memiliki dampak yang kuat terhadap masyarakat, mulai dari memengaruhi keputusan pembelian barang belanja hingga memperkuat keyakinan politik, serta masih banyak lagi. Bahkan juga memengaruhi cara berkomunikasi sampai tingkat tertentu.
Tapi bagaimana dengan tubuh kita? Secara khusus, bagaimana dengan otak kita? Apakah media sosial mengubah cara kita berpikir dan berperilaku? Beberapa percaya begitu. Mari kita lanjutkan!
1. Membuat Ketagihan
Bagi banyak orang, media sosial telah menjadi seperti n*rk*ba, meskipun bersifat psikologis. Faktanya, pemindaian otak yang dilakukan kepada mereka yang kecanduan internet menunjukkan hasil yang sama dengan mereka yang ketergantungan dengan n*rk*ba. Secara khusus, hasil pindaian menunjukkan penurunan pada area otak yang mengontrol perhatian, pengambilan keputusan, dan proses emosional.
2. Menghalangi Fokus
Beberapa percaya bahwa mereka yang memiliki kemampuan untuk beralih antara pekerjaan dan media sosial hanya lebih baik dalam multitasking. Bagaimanapun, bahwa individu yang menggunakan media sosial lebih banyak maka mereka berkinerja buruk ketika diuji dengan pergantian tugas. Itu karena peningkatan multi-tasking online dapat mengurangi kemampuan otak untuk menyaring gangguan. Ini juga dapat membuat otak Anda lebih sulit untuk menyimpan hal-hal baru ke memori otak.
3. Menyebabkan Phantom Vibration Syndrome
Pernah merasakan ponsel Anda berdengung di saku Anda tetapi ketika Anda menariknya keluar untuk melihat siapa yang menelepon atau mengirim SMS, tidak ada apa-apa di sana? Ini adalah fenomena psikologis yang sangat nyata yang dikenal sebagai Phantom Vibration Syndrome dan itu terjadi dengan frekuensi yang semakin meningkat. Individu dengan reaksi emosional yang lebih tinggi lebih terganggu oleh dengungan "hantu" ini.
4. Memperkuat Ego
Percaya atau tidak, teknologi mulai memperbaiki sistem saraf kita. Akibatnya, otak kita dipicu dengan cara yang sepenuhnya baru dan berbeda. Misalnya, penelitian telah menunjukkan bahwa menggunakan media sosial sebenarnya dapat memicu pelepasan dopamin (hormon rasa-baik). Pusat otak kita menjadi lebih aktif ketika kita membahas pandangan kita sendiri daripada mendengarkan pandangan orang lain, yang sering terjadi di media sosial.
5. Mengubah Cara Berinteraksi
Jujur saja, kita sering menemukan orang-orang yang cenderung lebih menyukai satu sama lain ketika mereka bertemu untuk pertama kali di media online, daripada bertatap muka. Ada banyak alasan yang memungkinkan untuk hal ini, apakah karena ada lebih banyak anonimitas atau representasi tujuan masa depan yang lebih jelas? Bagaimanapun, statistik menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam hubungan yang sukses yang telah dimulai secara online. Jadi, sementara internet mungkin telah mengubah cara kita berkomunikasi, itu pada akhirnya dapat menyebabkan mitra menjadi lebih dekat pada akhirnya.
Open Disqus Close Disqus